Dalam surat Al Kautsar, setelah Allah swt menyebutkan nikmat-nikmatNya itu, Allah swt mengingatkan hamba-hamba-Nya agar mau melaksanakan perintah-perintah-Nya: yakni perintah shalat dan kemudian perintah berikut- nya adalah berkurbanlah atas nama Tuhanmu, sebagai bukti rasa syukur kepada-Nya. Rasulullah saw memerintahkan berkurban dengan bahasa yang tegas dan lugas bahkan disertai ancaman. Ancaman untuk tidak dekat-dekat dengan tempat shalat atau dengan istilah lain tidak diakui menjadi umat Muhammad.
“Dari Abu Hurairah ra., nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati) tempat shalat kami”. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
Berkurban tidak sekedar mengalirkan darah binatang ternak, tidak hanya memotong hewan kurban, namun lebih dari itu. Berkurban berarti ketundu-kan total terhadap perintah-perintah Allah swt dan sikap menghin dar dari hal-hal yang dilarang-Nya.
Berkurban adalah berarti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh sisi kehidupan seseorang bisa menjadi manifestasi sikap berkurban. Sebagai hamba janganlah kita berusaha mensiasati perintah Allah swt dengan kemauan sendiri yang menurutnya baik.
Berkurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemunkaran dan kejahatan.
Seandainya sikap ini dimiliki oleh umat Islam, subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya.
Betapa tidak,
Bagi yang berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Mengajar secara ikhlas, karena yakin apa yang ia lakukan imbalan terbaik adalah dari sisi Allah swt. Ilmu yang ia ajarkan adalah warisan kebaikan untuk kehidupan kekal diakhirat dan balasan lebih baik dari sisi Allah swt.
Bila dia berprofesi sebagai Pengusaha, ia berkurban dengan bisnisnya yang fair dan halal.Ia berkeyakinan perniagaan yang untung adalah bila sesuai koridor syar’i, yakni dengan tidak melanggar aturan, apalagi memakan yang bukan haknya. Keberkahan dalam mencari rizki adalah yang menjadi keinginan yang utama dalam mendapatkan keutungan dalam bisnisnya.
Bila dia berprofesi sebagai Politisi, ia berkurban demi kemaslahatan umum dan bukan kelompoknya. Tugasnya adalah membuat kebijakan publik yang menjamin terlaksananya aturan syariat dari Allah swt. Mengawal aktivitas eksekutif agar tetap pada tata aturan yang mengutamakan kemashlahatan ummat.
Bila dia posisi sebagai Pemimpin, ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan bangsanya. Memberi tauladan terhadap ketaatan aturan sehingga masyarakat ada proptotipe yang ditiru dalam melaksanakan aturan-aturan. Memberi pelayanan agar masyarakat umum bisa melaksanakan aktivitas kehidupan sehingga kekayaan alam bisa tereksplorasi dengan baik, roda kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan lancar dan aman karena ada ayoman para pemimpinnya.
Pada hakikatnya berkurban adalah; Kita berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan dengan kemauan diri atau kelompok, atau keinginan pribadi yang bertentangan dengan syariat.
Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan di bumi pertiwi ini. Biidznillah.
Karena itu Allah swt menegaskan dalam firman-Nya,
”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Hajj:37)
Allahu Akbar 3x, walillahil hamdu.
Rabu, 10 Desember 2008
Langganan:
Postingan (Atom)